CARI TAHU PENYEBAB STRES PADA ANAK DIDIK
Keluh kesah siswa yang merasa jenuh saat belajar akan menjadi suatu kendala pada belajar disekolah, dan ini dapat mengganggu prestasi siswa atau siswi disekolah. Sayangnya, kondisi stres yang dialami siswa atau siswi tersebut terkadang tidak langsung disadari oleh lingkunganny seperti orang tua atau guru di sekolah. Ironinya kebanyakan menganggap siswa tersebut terlalu mudah mengeluh atau malas belajar.
Pada artikel ini kita akan membahas mengenai apa yang dimaksud dengan stres yang dialamai oelh anak didik, faktor-faktor yang menyebabkan siswa atau siswi mengalami setres, lalu seperti apa ciri-ciri yang muncul, serta cara mengatasinya, agar guru sebagai pendamping dapat mencari jalan keluar terbaik untuk dapat menyikapi anak didik yang sedang mengalami setres.
Stres pada anak didik dapa terlihat dalam bentuk perilaku atau emosi yang bersifat negatif yang muncul akibat adanya tuntutan akademik atau segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Stres akademik biasanya disebabkan karena penilaian seseorang tentang keberhasilan dirinya dalam bidang akademik, atau kekhawatiran akan hasil yang akan ia peroleh, terutama kemungkinan untuk gagal secara akademik.
Stres yang dialami oleh siswa maupun siswi disekolah amat sangat perlu adanya pendampingan dan pelayanan bimbingan atau konseling. Oleh karena itu, selain orang tua, peran guru pembimbing konseling sangat penting.
Faktor Penyebab Stres Akademik
Walaupun kita menyebutnya sebagai stres akademik, ternyata penyebabnya tidak melulu dari lingkungan sekolah, akan tetapi faktor penyebab bisa data dari linkungan keluarga, lalu juga bisa datang dari linkungan pergaulan, tekanan dari teman-teman sebaya, atau juga kekhawatiran terhadap masa depan, seperti keputusan tentang kemana akan melanjutkan kuliah, jurusan kuliah yang tepat, dan akan jadi apa sesudah lulus.
Beban akademik
Faktor dominan penyebab stres akademik biasanya disebabkan oleh banyaknya tugas sekolah dan ujian yang harus dihadapi, dan rasa cemas yang timbul akibat apakah mampu mendapat nilai yang baik atau tidak. Karena waktu yang singakat dihabiskan untuk belajar banyak tugas dan mata pelajaran, dimana hal ini dapat membuat siswa merasa tertekan karena kurang waktu untuk bermain atau bersosialisasi.
Tekanan dari keluarga
Tekanan dari keluarga adalah salah satu faktor penyebab stres yang berdampak terhadap performa akademik, dimana anak didik takut mengecewakan keluarga, seperti harapan orang tua agar anak bisa mendapat nilai yang baik, suka membanding-bandingkan, serta konflik dalam keluarga. Selain itu, terkadang alih-alih ingin menunjukkan kepeduliannya dengan cara bertanya ataupun menasehati sikap orang tua tersebut mungkin malah menyebabkan rasa tidak nyaman dan membuat siswa cenderung menghindar untuk membangun komunikasi dengan orang tua.
Interaksi teman sekelas
Di lingkungan sekolah selain tugas dan mata pelajaran yang super padat, stres juga bisa muncul karena hubungan dengan teman-teman sekelas yang kurang harmonis, baik karena ada perselisihan maupun ada persaingan dengan sesama teman. Kondisi ini dapat membuat siswa merasa tidak nyaman untuk belajar di kelas yang sama. Dampaknya, siswa akan kurang bersemangat untuk belajar, sering melamun, atau melakukan tindakan lain yang dapat mengganggu.
Masalah terkait masa depan
Penyebab stres akademik lainnya adalah kekhawatiran maupun harapan-harapan untuk masa depan yang terasa sulit untuk dicapai, baik tentang jurusan kuliah maupun universitas yang ingin dituju. Siswa memiliki kekhawatiran berlebih tentang masa depan, sehingga membuat sulit untuk fokus pada target yang ada saat ini.
Ciri-Ciri Penyebab Stres Akademik
Terdapat beberapa ciri-ciri stres akademik yang dirasakan oleh anak didik, baik secara emosional maupun fisik.
Tips Menghadapi Stres Akademik
Stres akademik dapat disebabkan faktor yang berbeda-beda, oleh karena itu untuk menghadapi stres tersebut juga berbeda-beda dan membutuhkan cara penanganan masing-masing. Meskipun begitu, terdapat beberapa hal yang tetap perlu diperhatikan untuk bisa membantu siswa dalam menghadapi stres yang dirasakan.
Pertama-tama anak didik harus menyadari bahwa stres juga disebut merupakan bentuk proses penyesuaian diri dengan lingkungan secara mental dan fisik. Tingkat stres akan meningkat jika anak didik memiliki latar belakang yang kontras dengan lingkungan sekolah.
Walaupun begitu siswa tetap diminta untuk membuat target akademik yang terukur. Target nilai setiap mata pelajaran tidak harus sama rata, karena kadang ada mata pelajaran yang lebih menonjol atau sebaliknya.
Siswa perlu melakukan penyesuaian terhadap waktunya secara efektif. Salah satu cara yang bisa diterapkan adalah menyusun agenda harian, hal seperti ini biasa disebut sebagai Bullet Journal. Siswa dapat diarahkan (bukan disuruh) untuk menuliskan apa saja tugas-tugas yang harus dikerjakan, ujian yang akan dihadapi, atau kegiatan lain seperti ekstrakurikuler dan jadwal les. Jurnal ini akan mempermudah siswa memantau kegiatan sehari-harinya.
Menerapkan metode pembelajaran yang variatif. Siswa juga bisa membuat jeda sekitar 10 menit pada waktu belajarnya untuk melakukan kegiatan yang membuat santai, seperti mendengarkan musik, menggambar, browsing, atau YouTube-an. Refreshing singkat ini dapat membuat siswa menjadi lebih rileks untuk beralih ke kegiatan lainnya.
Cari waktu bersama dengan keluarga atau orang tua untuk berdiskusi masalah akademis yang dirasakan siswa. Cari titik tengah untuk bisa memastikan apakah harapan orang tua dengan siswa sesuai dan realistis untuk dicapai.
Pada dasarnya setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Bantu siswa untuk memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan yang ada. Kabar baiknya, Quipper Campus memiliki berbagai tes uji potensi yang dapat membantu siswa untuk lebih mengenal pribadi dan karakternya masing-masing.
Level Stres Akademik Siswa
Stres akademik pada dasarnya tidak mungkin dihindari. Malah, pada derajat sangat ringan dan ringan bisa menjadi motivasi untuk lebih giat dalam belajar dan mencapai target yang ditetapkan. Sebaliknya, jika tingkatan stres masuk dalam kategori sedang, berat, bahkan sangat berat, dapat menghambat dalam kegiatan belajar siswa. Dampak buruknya adalah muncul beberapa gejala pada fisik ataupun emosional, bahkan dapat mendorong munculnya perilaku negatif sebagai bentuk untuk mengalihkan rasa tidak nyaman akibat stres yang dirasakan. Perilaku negatif yang bisa muncul seperti merokok, narkoba, atau minum alkohol.
Berdasarkan data yang dihimpun Quipper Campus pada 2020, dari total 9.666 siswa yang mengikuti Tes Faktor Penyebab Stres Akademik, siswa tercatat mengalami stres sedang dengan persentase mencapai 36,9%. Lalu untuk level berat mencapai 10,6% dan sangat berat sebesar 0,8%. Adapun faktor penyebabnya didominasi oleh tingginya beban sekolah (42,5%) dan perasaan khawatir akan masa depan (38,9%). Faktor tekanan dari keluarga berkontribusi sebesar 9,7%, dan interaksi dengan teman sebesar 7,9%.
Menurut Aji Cokro Dewanto, M.Psi., Psikolog, stres akademik siswa bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti perkembangan teknologi yang makin pesat, ragam posisi kerja yang makin banyak, serta persaingan yang makin ketat.
“Akhirnya mempengaruhi afeksi diri, tentang mampu nggak ya memenuhi tuntutan zaman. Di tambah lagi penggunaan media sosial makin marak, dan siswa jadi membandingkan diri mereka dengan orang lain yang berakibat insecurity. Belum lagi ekspektasi orang tua yang tinggi ke anaknya,” paparnya.
Pada masa pembelajaran daring seperti ini, Aji menyarankan kepada para guru untuk lebih memperhatikan jumlah tugas yang diberikan kepada siswa. Selain itu, saat belajar daring perlu juga diselingi waktu refleksi atau diskusi bebas tentang aspirasi siswa, dan memberikan motivasi kepada mereka. Fungsi bimbingan karier dari guru BK atau konselor sekolah juga perlu dioptimalkan.
Nah, demikianlah gambaran mengenai pengertian stres akademik, faktor penyebab, dan cara mengatasinya. Pemahaman tentang hal ini sangat penting untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar.